Musa bin Nushair yang lahir tahun 19 hijriyah. Beliau adalah pembebas
wilayah Maroko dan Andalusia (sekarang spanyol). Ia perintis tersebarnya Islam
di daerah itu. Di masa hidupnya ia sempat menyaksikan beragam peristiwa.
Diantaranya tragedy pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan R.a dan perang Shiffin
antara Khalifah Ali bin Abi Thalib R.a dan Muawiyah bin Abu Sufyan R.a.
Pada
masa pemerintahan Marwan bin Hakam, terjadi peperangan antara pihaknya dan
Abdullah bin Zubair R.a. Saat itu, Musa bin Nushair bergabung dipihak Abdullah
bin Zubair R.a. Ketika pasukan Marwan bin Hakam berhasil mengalahkan lawannya,
Musa bin Nushair termasuk diantara mereka yang akan dijatuhi hukuman mati.
Namun, dengan bantuan Abdul Aziz bin Marwan, Musa bin Nushair akhirnya
dimaafkan. Sejak itu, ia menjadi pendukung Daulah Umayyah.
Diakhir
dasawarsa kedelapan abad pertama hijriyah, terjadi kekacauan diwilayah maroko.
Kabilah barbar berusaha memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Daulah
Umayyah. Saat itu Abdul Aziz bin Marwan menjabat sebagai gubernur di Mesir dan
Maroko. Ia berjanji kepada Musa bin Nushair untuk mengangkatnya sebagai
gubernur Maroko kalau ia berhasil memadamkan gejolak di wilayah tersebut.
Musa bin Nushair menerima tawaran tersebut. Dalam waktu singkat ia berhasil memadamkan gejolak itu dan mengajak penduduknya kembali kepada Islam. Bahkan Musa juga berhasil membujuk mereka untuk membantunya menaklukan wilayah barat Maroko yang sebelumnya belum pernah tersentuh.
Musa bin Nushair menggunakan strategi yang sangat bijak. Dia membaurkan antara bangsa barbar dengan Arab. Ia memperlakukan mereka dengan sama sehingga bangsa barbar merasa dihormati. Dengan kekuatan gabungan itu, Musa berniat untuk memperluas wilayahnya ke seberang lautan yaitu Andalusia.
Dalam membuka wilayah itu, dia menyerahkan pucuk pimpinan pada Thariq bin Ziyad. Sementara dia sendiri kembali ke Qairawan. Semula, Thariq adalah budak Musa bin Nushair yang kemudian dimerdekakan lalu diangkat menjadi panglima perang. Dalam misinya, Thariq berhasil membuka wilayah Spanyol. Pahlawan Islam legendaris ini terkenal dengan taktiknya membangkitkan semangat pasukannya yang hampir mundur. Ia membakar perahu yang ditumpangi pasukannya sesampainya dipantai spanyol. Ia kemudian bermarkas disebuah bukit di Spanyol yang kini dikenal dengan nama Jabal Thariq (kini bernama Gibraltar).(Kisah ini begitu terkenal, namun sebagian Ulama meragukannya. Wallahu a’lam)
Kabar dibakarnya perahu itu terdengar oleh raja Toledo (Thalithalah) yang bernama Roderick (Razariq). Ketika itu pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang dan tentara Gotik kristen berkekuatan 100.000 orang. Pertempuran antara kedua pasukan ini terjadi di muara sungai Barbare yang kemudian dimenangkan oleh pasukan Thariq bi Ziyad. Setelah memberitahu tentang berita kemenangannya kepada Musa bin Nushair, ia meneruskan penaklukan ke daratan Spanyol.
Thariq membagi pasukannya menjadi 4 kelompok dan menyebarkannya ke Cordova, Malaga dan Granada. Ia sendiri dan pasukannya berangkat ke Toledo, ibukota Spanyol. Sementara itu Musa bin Nushair membawa 10.000 pasukan ke Spanyol untuk turut meluaskan kekuasaan Islam tahun 712 M. Musa mengambil jalan dari Arah Sidonia dan Carmona menuju Merida. Musa dan Thariq akhirnya bertemu di Toledo.
Bekas tuan dan budak itu menunaikan tugas melebarkan sayap Islam. Penaklukan Spanyol berjalan terus. Kota Zaragoza, Aragon, Leon, Astoria dan Galicia berhasil dikuasai. Seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai pasukan Muslim pada zaman Khalifah Walid.
Khalifah memerintahkan Musa bin Nushair untuk menghentikan penaklukan. Ia dipanggil pulang ke Damaskus dan mendapatkan sambutan meriah.
Musa bin Nushair menerima tawaran tersebut. Dalam waktu singkat ia berhasil memadamkan gejolak itu dan mengajak penduduknya kembali kepada Islam. Bahkan Musa juga berhasil membujuk mereka untuk membantunya menaklukan wilayah barat Maroko yang sebelumnya belum pernah tersentuh.
Musa bin Nushair menggunakan strategi yang sangat bijak. Dia membaurkan antara bangsa barbar dengan Arab. Ia memperlakukan mereka dengan sama sehingga bangsa barbar merasa dihormati. Dengan kekuatan gabungan itu, Musa berniat untuk memperluas wilayahnya ke seberang lautan yaitu Andalusia.
Dalam membuka wilayah itu, dia menyerahkan pucuk pimpinan pada Thariq bin Ziyad. Sementara dia sendiri kembali ke Qairawan. Semula, Thariq adalah budak Musa bin Nushair yang kemudian dimerdekakan lalu diangkat menjadi panglima perang. Dalam misinya, Thariq berhasil membuka wilayah Spanyol. Pahlawan Islam legendaris ini terkenal dengan taktiknya membangkitkan semangat pasukannya yang hampir mundur. Ia membakar perahu yang ditumpangi pasukannya sesampainya dipantai spanyol. Ia kemudian bermarkas disebuah bukit di Spanyol yang kini dikenal dengan nama Jabal Thariq (kini bernama Gibraltar).(Kisah ini begitu terkenal, namun sebagian Ulama meragukannya. Wallahu a’lam)
Kabar dibakarnya perahu itu terdengar oleh raja Toledo (Thalithalah) yang bernama Roderick (Razariq). Ketika itu pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang dan tentara Gotik kristen berkekuatan 100.000 orang. Pertempuran antara kedua pasukan ini terjadi di muara sungai Barbare yang kemudian dimenangkan oleh pasukan Thariq bi Ziyad. Setelah memberitahu tentang berita kemenangannya kepada Musa bin Nushair, ia meneruskan penaklukan ke daratan Spanyol.
Thariq membagi pasukannya menjadi 4 kelompok dan menyebarkannya ke Cordova, Malaga dan Granada. Ia sendiri dan pasukannya berangkat ke Toledo, ibukota Spanyol. Sementara itu Musa bin Nushair membawa 10.000 pasukan ke Spanyol untuk turut meluaskan kekuasaan Islam tahun 712 M. Musa mengambil jalan dari Arah Sidonia dan Carmona menuju Merida. Musa dan Thariq akhirnya bertemu di Toledo.
Bekas tuan dan budak itu menunaikan tugas melebarkan sayap Islam. Penaklukan Spanyol berjalan terus. Kota Zaragoza, Aragon, Leon, Astoria dan Galicia berhasil dikuasai. Seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai pasukan Muslim pada zaman Khalifah Walid.
Khalifah memerintahkan Musa bin Nushair untuk menghentikan penaklukan. Ia dipanggil pulang ke Damaskus dan mendapatkan sambutan meriah.
Seiring
dengan masuknya Andalusia ke pangkuan Islam, beliau menawan sejumlah besar
musuh, dan mendapat ghanimah yang tak terhitung banyaknya, dari emas dan
permata yang tak ternilai. Adapun alat-alat, perkakas dan hewan ternak, sungguh
di luar logika… demikian pula dengan anak-anak dan wanita cantik yang jatuh
sebagai tawanan, demikian banyak jumlahnya. Belum pernah sejarah mencatat kaum
muslimin mendapat tawanan yang demikian banyaknya.
Selain
penakluk, Musa juga seorang da’i ulung. Berkat jasanyalah penduduk Maghrib
(Afrika Utara) masuk Islam. Beliau juga mengajari mereka tentang Al Qur’an.
Konon tiap kali pasukannya bergerak, mereka membawa ghanimah di atas punggung
sapi, saking banyaknya dan tidak mampu lagi diangkat oleh kendaraan.
Selama
penaklukannya, Musa tergolong panglima yang bernasib baik. Konon dikisahkan
bahwa tatkala menaklukkan Andalusia, ada seseorang yang berkata kepadanya:
“Utuslah sejumlah pasukan bersamaku, niscaya akan kutunjukkan kepadamu harta
karun yang agung”. Maka Musa mengutus sejumlah pasukan bersama orang tersebut
ke suatu tempat. Sesampainya di sana, orang itu memerintahkan mereka agar menggali,
maka mereka pun menggali hingga menemukan sebuah ruangan besar yang berisi
permata, yakut, zabarjud yang membuat mereka terbelalak. Adapun emas maka tak
bisa lagi diceritakan banyaknya…
Ibnu
Asakir meriwayatkan bahwa ketika Musa berkunjung ke Damaskus, Umar bin Abdul
Aziz bertanya kepadanya tentang kejadian paling ajaib yang pernah dialaminya
selama berperang di lautan. Maka Musa mengisahkan sebagai berikut:
“Suatu
ketika, kami sampai di sebuah pulau… di sana kami mendapati ada 16 buah kendi
yang disegel dan dicap oleh Sulaiman bin Dawud . Maka kuperintahkan agar
mengambil empat dari padanya dan melubangi salah satunya. Maka muncullah sosok
syaithan yang menepuk-nepuk kepalanya seraya berkata: “Demi Dzat yang
mengutusmu dengan kebenaran, aku takkan berbuat kerusakan lagi di muka bumi”…
kemudian syaithan tadi melihat-lihat dan berkata: “Mengapa aku tidak mendapati
kemegahan Sulaiman dan kerajaannya?” lalu sesaat kemudian menghilang. Maka
kuperintahkan agar ketiga kendi sisanya dikembalikan ke tempat semula” lanjut
Musa.
Selain
seorang panglima hebat, Musa bin Nushair juga seorang yang shalih dan penuh
tawakkal kepada Allah. Ketika Afrika mengalami paceklik, beliau memerintahkan
kaum muslimin untuk melakukan shalat istisqa’, yaitu pada tahun 93 H. Usai
shalat, beliau keluar menemui orang-orang dan memisahkan antara yang muslim dan
yang kafir dzimmi, demikian pula antara induk binatang dengan anaknya, lalu
memerintahkan agar orang-orang meratap dan menangis keras, sembari ia terus
berdoa kepada Allah hingga menjelang siang, baru kemudian turun dari mimbar…
maka seseorang pun berkata: “Tidakkah engkau berdoa untuk Amirul Mukminin?”,
maka jawab Musa: “Di tempat seperti ini, yang layak disebut hanyalah Allah U”
maka Allah pun menurunkan hujan usai Musa mengucapkan kata-kata tersebut.
Di
akhir pemerintahan Al Walid bin Abdil Malik, Musa berkunjung ke Damaskus,
ibukota Daulah Bani Umayyah. Ia masuk ke sana pada hari Jum’at tatkala Walid
sedang berkhutbah di atas mimbar. Saat itu Musa mengenakan pakaian yang indah
dan tampil dengan sosok yang indah pula. Tatkala ia masuk mesjid, masuk pula
bersamanya tiga puluh anak, putera para Raja yang berhasil ditawannya, beserta
sejumlah orang Spanyol. Musa memakaikan mahkota di atas kepala mereka, yang
diiringi dengan sejumlah dayang, khadam dan persiapan yang megah.
Ketika
Walid menyaksikan hal tersebut di tengah-tengah khutbahnya, ia pun diam
tercengang… yaitu saat melihat pakaian sutera dan perhiasan permata yang
dikenakan para putera Raja tersebut. Lalu datanglah Musa bin Nushair seraya
mengucap salam kepada Walid, sedang ia tetap di atas mimbarnya. Lalu Musa
memerintahkan mereka agar berdiri di kanan-kiri mimbar. Maka Walid pun
menghaturkan puji syukur kepada Allah atas karunia dan pertolongan-Nya hingga
memberinya kekuasaannya yang sedemikian luas… ia berdoa dengan panjang
diselangi puji syukur hingga waktu jum’at pun berlalu. Maka ia turun dari
mimbar dan shalat bersama kaum muslimin.
Usai
shalat, ia memanggil Musa bin Nushair dan memberinya penghargaan besar dan
harta yang melimpah, demikian pula Musa… ia datang dengan membawa harta yang
melimpah pula, yang di antaranya ialah
meja makan Nabi Sulaiman bin Dawud.
Konon
di atas meja itulah Nabi Sulaiman makan… ia terbuat dari campuran emas dan
perak yang bertatahkan tiga lapis mutiara dan permata… sesuatu yang tak pernah
dilihat sebelumnya. Musa mendapatkan meja tersebut di kota Toledo, sebuah kota
tua di Andalusia Spanyol.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya
memaparkan kisah unik tentang Musa bin Nushair. Ketika menafsirkan firman
Allah:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاء تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ قَالَ اللّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لاَّأُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِين
Artinya: ” Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia."(QS. Al-Ma’idah:114-115).
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاء تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ قَالَ اللّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لاَّأُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِين
Artinya: ” Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia."(QS. Al-Ma’idah:114-115).
Ibnu Katsir memaparkan, ahli sejarah
menyebutkan bahwa Musa bin Nushair, wakil Bani Umayyah dalam pembebasan Maroko
menemukan Ma’idah (hidangan) dengan beragam macam perhiasan dan permata
diatasnya. Ia mengirimkan hidangan itu kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik,
khalifah selanjutnya. Melihat hidangan itu, orang-orang berkumpul dan
terheran-heran. Sang Khalifah berkata:’Sungguh hidangan (perhiasan) ini milik
(Nabi) Sulaiman dan Daud.’Wallahu a’lam (Tafsir Ibnu Katsir).
Konon dikisahkan bahwa Musa pernah mengutus anaknya yang bernama Marwan dengan sejumlah pasukan hingga mereka berhasil menawan seratus ribu orang, lalu mengutus keponakannya dengan sejumlah pasukan lain dan berhasil menawan seratus ribu orang lagi dari suku Bar Bar. Maka ketika ia menulis surat laporannya kepada Khalifah Walid dan menyebutkan di sana bahwa seperlima dari ghanimahnya ialah 40 ribu orang tawanan, orang-orang berkomentar: “Bodoh sekali dia, bagaimana mungkin seperlimanya adalah 40 ribu orang?” lalu omongan itupun sampai kepada Musa, maka ia mengirimkan 40 ribu orang tawanan yang merupakan seperlima dari seluruh tawanannya… sungguh, belum pernah terdengar dalam sejarah Islam jumlah tawanan sebesar yang didapat Musa bin Nushair.
Konon dikisahkan bahwa Musa pernah mengutus anaknya yang bernama Marwan dengan sejumlah pasukan hingga mereka berhasil menawan seratus ribu orang, lalu mengutus keponakannya dengan sejumlah pasukan lain dan berhasil menawan seratus ribu orang lagi dari suku Bar Bar. Maka ketika ia menulis surat laporannya kepada Khalifah Walid dan menyebutkan di sana bahwa seperlima dari ghanimahnya ialah 40 ribu orang tawanan, orang-orang berkomentar: “Bodoh sekali dia, bagaimana mungkin seperlimanya adalah 40 ribu orang?” lalu omongan itupun sampai kepada Musa, maka ia mengirimkan 40 ribu orang tawanan yang merupakan seperlima dari seluruh tawanannya… sungguh, belum pernah terdengar dalam sejarah Islam jumlah tawanan sebesar yang didapat Musa bin Nushair.
Selama
penaklukan Andalusia, Musa banyak menyaksikan keajaiban. Ia mengatakan: “Andai
saja orang-orang menurut kepadaku, niscaya akan kupimpin mereka untuk
menaklukan kota Rumiya -yaitu kota terbesar di Eropa- hingga Allah
menaklukkannya lewat tanganku insya Allah.
Dalam
kunjungan lainnya kepada Khalifah Walid, Musa membawa bersamanya tiga puluh
ribu orang tawanan, selain yang kita sebutkan tadi. Dan itu adalah ghanimah
dari peperangan terakhirnya di wilayah Maghrib. Saat itu ia datang membawa
harta, pusaka, mutiara dan permata yang tak terhingga dan tak terlukiskan.
Musa
akhirnya wafat di Madinah, atau di Wadil Qura dalam usia mendekati 80 tahun.
Saat melaksanakan ibadah haji. Ada pula yang mengatakan bahwa ia wafat di tahun
berikutnya, wallaahu a’lam… semoga Allah merahmati dan memaafkannya dengan
kasih sayang-Nya, Aamien.
Berkenan dengan tokoh ini, sebagian
ulama tidak memasukannya dalam kelompok Tabi’in. Tapi, bagi yang mendefinisikan
Tabi’in sebagai muslim yang pernah bertemu dengan para Shahabat Nabi SAW, maka
Musa bin Nushair sempat bertemu dengan banyak Shahabat Nabi. Wallahu a’lam.
Demikianlah
ikhwati fillah, sekelumit tentang biografi Musa bin Nushair, Sang Penakluk
Agung… semoga Allah memunculkan kembali orang-orang sepertinya dari generasi
kita, dan mengembalikan kejayaan kaum muslimin di tangan mereka, Allahumma
Aamien…
0 komentar:
Posting Komentar